Friday, December 20, 2013

proposal reuni keluarga besar adonara jawa timur



SEKAPUR  SIRIH
Adonara, nama yang lebih memberi ciri antropologis ketimbang letak geografis. Secara geografis, Adonara merupakan sebuah pulau kecil di Kepulauan Solor, Nusa Tenggara Timur, berpenduduk sekitar ± 106.334 dan terbagi menjadi 8 kecamatan dengan kondisi sumber daya alam yang cukub menjanjikan bagi usaha pertanian maupun kelautan. Terletak pada koordinat bujur timur-lintang selatan, keberadaan pulau ini sangat fenomenal namun jarang disebut. Panorama alam yang masih natural dan eksotis memberi nuansa romantisme masa lalu yang memikat.
Secara antropologis, masyarakat Adonara termasuk rumpun bangsa Lamaholot dan hidup sebagai petani dengan memeluk agama katolik di wilayah pedalaman, dan sebagai nelayan dengan memeluk agama Islam di wilayah pesisir pantai, namun jejak-jejak kepercayaan terhadap Rera Wulan Tanah Ekan masih terpraktekan. Tidak hanya karakteristik fisik namun nilai-nilai budaya pun sangat identik seperti tolerasi dan pluralisme dalam keberagaman. Tidaklah berlebihan ketika orang mengatakan bahwa; Jika ingin belajar toleransi dan pluralisme, belajarlah ke NTT; belajarlah ke Adonara. Penilaian yang demikian tidaklah hadir pada ruang kosong namun fakta bahwa NTT terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan warna kulit yang berbeda.
Kebijakan sektoral dengan slogan “berdiri diatas kaki sendiri”, berujung pada kegamangan hidup di kampung halaman dan menjadi alasan yang sangat normatif bahwa keputusan merantau guna mencari penghidupan yang lebih layak. Pesan moral Gelekat Lewotana (berbakti pada kampung halaman) menjadi makna yang sangat filosofis, turut mengilhami kawula Adonara terangkut gerbong ke tana sina jawa (pulau jawa) guna membangun lewotana yang lebih bermartabat dan mandiri, merupakan tanggung jawab final.
Membangun lewotana tidak harus pulang ke kampung halaman, namun semangat cinta lewotana dan jiwa patriotisme tetap harus berkobar di tanah rantau. Idealisme sederhana tersebut mengekspresikan spirit memuliakan  modal sosial dengan menjunjung tinggi nilai kebudayaan. Maka Ikatan Keluarga Adonara Surabaya (IKA-S) berkeinginan menggelar acara Reuni Keluarga Besar Adonara Jawa Timur. Besar harapan, masyarakat Adonara yang berdiaspora di Jawa Timur diharapkan memberikan perspektif kebudayaan baru, yang mampu berdialog dengan budaya lain. Gagasan strategis tersebut dapat meredam sindrom inferioritas sebagai terompet tahun baru; don’t say good bye Adonara.

ALAS TIKAR
Terpaan arus globalisasi yang dahsyat tidak bisa direspon dengan taktis, praktis, apalagi latah di tengah masyarakat yang dinamis. Sentakan sosial oleh masyarakat tengah mendistorsi otensitas dan humanisme. Dalam perspektif praktek  hidup dan penyebaran budaya menjadi persoalan internal kebudayaan itu sendiri, dimana kontribusi mengalami kebuntuan. Virus tidak bangga dengan budaya sendiri dan lebih senang menyerap budaya asing adalah fenomena betapa masyarakat kita terhanyut oleh terpaan budaya instan global.

Budaya lokal Lamaholot (Adonara) yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika daerah lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya lokal berusaha keras untuk dilestarikan demi sebuah identitas, maka sungguh naif jika Adonara yang memiliki banyak warisan budaya lokal lantas mengabaikan kerja pelestarian demi menggapai burung terbang sementara punai di tangan dilepaskan. Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Persolan kearifan budaya lokal seringkali diabaikan, dianggap tidak relevan dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampak yang ditimbulkan adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan eksitensinya.

Pilihan sadar fundamental yang diambil yaitu motivasi simbolik guna meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari jati diri kelompok/masyarakat  untuk dapat menumbuh-kembangkan kebanggaan, harga dan kepercayaan diri yang kuat. Hal ini membawa muatan ideologis berupa pengukuhan kekuatan budaya yang dibawa (komunitas urban) untuk mendorong rasa memiliki masa lalu yang sama, agar Adonara beranjak dari buritan menuju peradaban yang utama.

Adonara in 2014 adalah Adonara bak permata NTT. Selain keindahan alam, pulau ini memiliki catatan sejarah yang mengkilap dengan pelangi budaya yang kian menampakan diri. Memadukan sekian banyak aspek dalam satu kemasan dengan meminjam medium karya  untuk menampilkan “Nuansa kekeluargaan, keakraban dan kesederhanaan dalam bingkai budaya”.

Sangat disayangkan apabila kisah heroik mitologi Adonara akan menjadi legenda ditengah rutinitas peran dan menjadi seonggok catatan sejarah. Pergulatan kehidupan, cita-cita maupun ide tidak dapat begitu saja dilaksanakan, karena realitas selalu lebih konservatif. Jangan heran jikalau hubungan antar pribadi, bahkan antar sesama orang Adonara jarang bisa bersua bahkan saling menyapa dalam sebuah  persaudaraan sejati.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa upaya pelestarian budaya lokal oleh masyarakat Adonara bermuara pada persaudaraan abadi. Bukan lagi persaudaraan lantaran kita saling menyapa, menjawab salam, dan satu tempat teduh. Tetapi persaudaraan lebih dari segala itu, dimana  “kau dan aku menjadi satu.” Satu atau banyak orang akan mengenangnya sebagai bagian inheren dari ingatan pribadi atau bahkan ingatan kolektif suatu masa yang sebenarnya sudah terlewati tetapi tidak akan sungguh-sungguh beranjak.
Sejalan dengan upaya rekonstrukasi nilai-nilai budaya lokal di tanah perantauan, nilai-nilai luhur seperti tolerasi dan pluralisme yang sangat identik dan berkarakter, perlu untuk diwacanakan kembali dengan sebuah komitmen “Mengukuhkan Adonara Sebagai Miniatur Kebhinekaan Indonesia.



Kegiatan ini dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1.       Membangun toleransi antar umat beragama
2.       Memupuk kekeluargaan antar masyarakat Adonara di Jawa Timur
3.       Melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Lamaholot – Adonara
4.       Mengukuhkan Adonara sebagai miniatur kebhinekaan Indonesia

 Kegiatan ini diberi nama “REUNI KELUARGA BESAR ADONARA JAWA TIMUR”

Dengan mengangkat tema
            PAI HODI KODA, PUIN UIN’RO TOU GAHAN KAHAN’RO EHA’N
TAAN PUNE LEWO ADONARA GELEKAT TANAH INDONESIA, SAPE NAWA NAEN”

Acara ini di kemas dalam bentuk “Silatuhrami Idul Fitri, Natal dan Tahun baru Bersama dalam warna kearifan budaya lokal”.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh “ Ikatan Keluarga Adonara Surabaya (IKA-S)”

Dan direncanakan akan diselenggarakan pada
Waktu               : Sabtu, 11 Januari 2014
Tempat             : Gedung Golkar Jawa Timur
                          Jln Ahmad Yani 311–Surabaya




Sunday, March 31, 2013

Adonara




Sekilas Tentang Adonara.


Bagi Anda yang berasal dari luar Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), nama Adonara mungkin akan sangat asing di telinga Anda. Dan bisa saja, Anda yang punya darah Adonara tapi belum paham betul, "Apa sih Adonara itu?" atau "Di mana sih Adonara?". Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang akan keluar dari mulut anda.
Adonara adalah sebuah pulau kecil di NTT yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara, ujung timur Pulau Flores. Luas wilayahnya 509 km², dan titik tertingginya 1.676 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores di sebelah utara, Selat Solor di selatan (memisahkan dengan Pulau Solor), serta Selat Lowotobi di barat (memisahkan dengan Pulau Flores).
Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur. Sebutan The New Paradise atau Surga Baru rasanya layak diberikan kepada Pulau dengan wisata alam yang menakjubkan ini. Pantai-pantai yang masih murni dan belum terjamah oleh industrialisasi, gunung berapi Ile Boleng, kebudayaan masyarakat Adonara, hingga pulau-pulau tak berpenghuni yang benar-benar masih murni alami merupakan serangkaian objek wisata yang ada di Pulau Adonara.
Secara administratif, Pulau Adonara termasuk wilayah Kabupaten Flores Timur. Adonara merupakan satu diantara dua pulau utama pada kepulauan di wilayah Kabupaten Flores Timur. Adonara dahulu merupakan sebuah kerajaan yang didirikan pada tahun 1650.
Asal Nama Adonara
Ada beberapa versi mengenai asal nama Adonara. Versi pertama : Nama Adonara berasal dari 2 kata yaitu Adok dan Nara. Adok dalam bahasa Lamaholot berarti "adu" sedangkan Nara berarti "teman". Jadi, Adonara berarti "Adu Teman", atau jika dijabarkan saling adu antar teman/kampung. Munculnya versi ini karena pada jaman dahulu perang tanding antar kampung sangat sering terjadi. Perang tanding tersebut dapat dipicu oleh banyak faktor mulai dari hal-hal yang sepela hingga hal-hal besar seperti perebutan tanah atau masalah wanita. Versi Kedua : Nama Adonara berasal dari 2 kata yaitu Ado dan Nara. Ado berasal dari nama orang pertama yang diyakini hidup di pulau Adonara yaitu Kelake Ado Pehan. Sedangkan Nara berarti teman. Jadi Adonara berarti "Teman Kelake Ado Pehan", atau jika dijabarkan Adonara berarti "keturunan Kelake Ado Pehan". Entah yang mana yang benar dari kedua versi di atas. Tapi yang jelas, kedua-duanya beralasan dan bisa jadi kedua asal nama tersebut sama benarnya.

Rumpun Masyarakat Lamaholot
Jika berbicara mengenai Lamaholot, kita berbicara mengenai Flores Timur dan Lembata secara keseluruhan. Rumpun masyarakat Lamaholot terdiri dari berbagai suku yang hidup di Flores Timur Daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor dan Pulau Lembata. Bahasa yang sebagai bahasa pengantar dalam masyarakat Lamaholot adalah Bahasa Lamaholot.
Perbedaan bahasa hanya terletak pada dialek dan perubahan beberapa kata yang memiliki arti berbeda di beberapa suku tertentu. Bahasa inilah yang menyatukan semua suku yang ada di Flores Timur.

Pemerintahan di Adonara
Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur dengan ibukota kabupaten yaitu Larantuka. Kabupaten Flores Timur sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu Flores Daratan (ujung timur pulau Flores), Pulau Adonara dan Pulau Solor. Pulau Adonara terdiri dari 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Adonara Timur, Kecamatan Adonara Barat, Kecamatan Klubagolit, Kecamatan Witihama, Kecamatan Watan Ulumado, Kecamatan Ile Boleng.

Selain sistem pemerintahan negara, di Adonara juga terdapat sistem pemerintahan berdasarkan suku. Di dalam sebuah suku terdapat seorang kepala suku. Selain kepala suku, ada juga sekelompok masyarakat yang turut berperan dalam sistem pemerintahan adat yaitu kaum bangsawan atau dalam bahasa Lamaholot disebut Ata Kebelen. Kepala suku memegang peranan dalam hal upacara adat, menjatuhkan sanksi adat, dan hal-hal lain yang lebih bersifat spiritual. Sedangkan para Ata Kebelen biasanya memegang tampuk kekuasaan pemerintahan (seperti kepala dusun, kepala desa, lurah atau camat). Di antara keduanya terjalin hubungan yang baik dan tidak saling melangkahi kewenangan masing-masing.




Pulau Adonara







http://www.4shared.com/mp3/o1-yrEq1/NUBANARA_BAND_-_BOOMERANG_TENT.html