Adonara
Tuesday, March 10, 2015
Friday, December 20, 2013
proposal reuni keluarga besar adonara jawa timur
SEKAPUR
SIRIH
Adonara, nama yang
lebih memberi ciri antropologis ketimbang letak geografis. Secara geografis,
Adonara merupakan sebuah pulau kecil di Kepulauan Solor, Nusa Tenggara Timur,
berpenduduk sekitar ± 106.334 dan terbagi menjadi 8 kecamatan dengan kondisi
sumber daya alam yang cukub menjanjikan bagi usaha pertanian maupun kelautan.
Terletak pada koordinat bujur timur-lintang selatan, keberadaan pulau ini
sangat fenomenal namun jarang disebut. Panorama alam yang masih natural dan
eksotis memberi nuansa romantisme masa lalu yang memikat.
Secara
antropologis, masyarakat Adonara termasuk rumpun bangsa Lamaholot dan hidup
sebagai petani dengan memeluk agama katolik di wilayah pedalaman, dan sebagai
nelayan dengan memeluk agama Islam di wilayah pesisir pantai, namun jejak-jejak
kepercayaan terhadap Rera Wulan Tanah
Ekan masih terpraktekan. Tidak hanya karakteristik fisik namun nilai-nilai
budaya pun sangat identik seperti tolerasi dan pluralisme dalam keberagaman.
Tidaklah berlebihan ketika orang mengatakan bahwa; Jika ingin belajar toleransi
dan pluralisme, belajarlah ke NTT; belajarlah ke Adonara. Penilaian yang
demikian tidaklah hadir pada ruang kosong namun fakta bahwa NTT terdiri dari
berbagai suku, bahasa, agama dan warna kulit yang berbeda.
Kebijakan sektoral
dengan slogan “berdiri diatas kaki sendiri”, berujung pada kegamangan hidup di
kampung halaman dan menjadi alasan yang sangat normatif bahwa keputusan
merantau guna mencari penghidupan yang lebih layak. Pesan moral Gelekat
Lewotana (berbakti pada
kampung halaman) menjadi makna yang sangat filosofis, turut mengilhami kawula
Adonara terangkut gerbong ke tana sina jawa (pulau jawa) guna membangun lewotana yang lebih bermartabat dan
mandiri, merupakan tanggung jawab final.
Membangun lewotana
tidak harus pulang ke kampung halaman, namun semangat cinta lewotana dan jiwa patriotisme tetap
harus berkobar di tanah rantau. Idealisme sederhana tersebut mengekspresikan
spirit memuliakan modal sosial dengan
menjunjung tinggi nilai kebudayaan. Maka Ikatan Keluarga Adonara Surabaya (IKA-S)
berkeinginan menggelar acara Reuni Keluarga Besar Adonara Jawa Timur. Besar
harapan, masyarakat Adonara yang berdiaspora di Jawa Timur diharapkan
memberikan perspektif kebudayaan baru, yang mampu berdialog dengan budaya lain.
Gagasan strategis tersebut dapat meredam sindrom inferioritas sebagai terompet
tahun baru; don’t say good bye Adonara.
ALAS TIKAR
Terpaan arus globalisasi yang dahsyat tidak bisa
direspon dengan taktis, praktis, apalagi latah di tengah masyarakat yang dinamis.
Sentakan sosial oleh masyarakat tengah mendistorsi otensitas dan humanisme.
Dalam perspektif praktek hidup dan
penyebaran budaya menjadi persoalan internal kebudayaan itu sendiri, dimana
kontribusi mengalami kebuntuan. Virus tidak bangga dengan budaya sendiri dan
lebih senang menyerap budaya asing adalah fenomena betapa masyarakat kita
terhanyut oleh terpaan budaya instan global.
Budaya
lokal Lamaholot (Adonara) yang
beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika daerah
lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya lokal berusaha keras untuk
dilestarikan demi sebuah identitas, maka sungguh naif jika Adonara yang
memiliki banyak warisan budaya lokal lantas mengabaikan kerja pelestarian demi
menggapai burung terbang sementara punai di tangan dilepaskan. Beragam wujud
warisan budaya lokal memberi kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Persolan kearifan budaya
lokal seringkali diabaikan, dianggap tidak relevan dengan masa sekarang apalagi
masa depan. Dampak yang ditimbulkan adalah banyak warisan budaya yang lapuk
dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan eksitensinya.
Pilihan sadar fundamental yang diambil yaitu
motivasi simbolik guna meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari jati
diri kelompok/masyarakat untuk dapat
menumbuh-kembangkan kebanggaan, harga dan kepercayaan diri yang kuat. Hal ini
membawa muatan ideologis berupa pengukuhan kekuatan
budaya yang dibawa (komunitas urban) untuk mendorong rasa memiliki masa lalu
yang sama, agar Adonara beranjak dari buritan menuju peradaban yang utama.
Adonara in 2014 adalah Adonara
bak permata NTT. Selain keindahan alam, pulau ini memiliki catatan sejarah yang
mengkilap dengan pelangi budaya yang kian menampakan diri. Memadukan sekian
banyak aspek dalam satu kemasan dengan meminjam medium karya untuk menampilkan “Nuansa kekeluargaan, keakraban dan kesederhanaan dalam bingkai budaya”.
Sangat disayangkan
apabila kisah heroik mitologi Adonara akan menjadi legenda ditengah rutinitas
peran dan menjadi seonggok catatan sejarah. Pergulatan kehidupan, cita-cita
maupun ide tidak dapat begitu saja dilaksanakan, karena realitas selalu lebih
konservatif. Jangan heran jikalau hubungan antar pribadi, bahkan antar sesama
orang Adonara jarang bisa bersua bahkan saling menyapa dalam sebuah persaudaraan sejati.
Dari penjelasan
tersebut di atas dapat dikatakan bahwa upaya pelestarian budaya lokal oleh
masyarakat Adonara bermuara pada persaudaraan abadi. Bukan lagi persaudaraan
lantaran kita saling menyapa, menjawab salam, dan satu tempat teduh. Tetapi
persaudaraan lebih dari segala itu, dimana
“kau dan aku menjadi satu.” Satu atau banyak orang akan
mengenangnya sebagai bagian inheren dari ingatan pribadi atau bahkan ingatan
kolektif suatu masa yang sebenarnya sudah terlewati tetapi tidak akan
sungguh-sungguh beranjak.
Sejalan dengan
upaya rekonstrukasi nilai-nilai budaya lokal di tanah perantauan, nilai-nilai
luhur seperti tolerasi dan pluralisme yang sangat identik dan berkarakter,
perlu untuk diwacanakan kembali dengan sebuah komitmen “Mengukuhkan Adonara
Sebagai Miniatur Kebhinekaan Indonesia.
Kegiatan
ini dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1.
Membangun toleransi antar umat
beragama
2.
Memupuk kekeluargaan antar masyarakat
Adonara di Jawa Timur
3.
Melestarikan dan memperkenalkan
kebudayaan Lamaholot – Adonara
4.
Mengukuhkan Adonara sebagai
miniatur kebhinekaan Indonesia
Kegiatan
ini diberi nama “REUNI KELUARGA BESAR ADONARA
JAWA TIMUR”
Dengan mengangkat tema
“PAI HODI KODA, PUIN UIN’RO TOU GAHAN
KAHAN’RO EHA’N
TAAN PUNE LEWO ADONARA GELEKAT
TANAH INDONESIA, SAPE NAWA NAEN”
Acara
ini di kemas dalam bentuk “Silatuhrami
Idul Fitri, Natal dan Tahun baru Bersama dalam warna kearifan
budaya lokal”.
Kegiatan
ini diselenggarakan oleh “ Ikatan Keluarga Adonara Surabaya (IKA-S)”
Dan direncanakan akan diselenggarakan pada
Waktu :
Sabtu, 11
Januari 2014
Tempat
: Gedung Golkar Jawa Timur
Jln
Ahmad Yani 311–SurabayaMonday, October 28, 2013
Sunday, April 7, 2013
Sunday, March 31, 2013
Adonara
Sekilas
Tentang Adonara.
Bagi Anda yang berasal
dari luar Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), nama Adonara mungkin akan sangat
asing di telinga Anda. Dan bisa saja, Anda yang punya darah Adonara tapi belum
paham betul, "Apa sih Adonara itu?" atau "Di mana sih
Adonara?". Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang akan keluar dari
mulut anda.
Adonara adalah sebuah
pulau kecil di NTT yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara, ujung timur Pulau Flores. Luas
wilayahnya 509 km², dan titik tertingginya 1.676 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores di sebelah utara, Selat Solor di selatan (memisahkan dengan Pulau Solor), serta Selat Lowotobi di barat (memisahkan dengan Pulau
Flores).
Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur. Sebutan The
New Paradise atau Surga Baru rasanya layak diberikan kepada Pulau dengan wisata
alam yang menakjubkan ini. Pantai-pantai yang masih murni dan belum terjamah
oleh industrialisasi, gunung berapi Ile Boleng, kebudayaan masyarakat Adonara,
hingga pulau-pulau tak berpenghuni yang benar-benar masih murni alami merupakan
serangkaian objek wisata yang ada di Pulau Adonara.
Secara administratif, Pulau Adonara termasuk wilayah Kabupaten Flores Timur.
Adonara merupakan satu diantara dua pulau utama pada kepulauan di wilayah
Kabupaten Flores Timur. Adonara dahulu merupakan sebuah kerajaan yang didirikan
pada tahun 1650.
Asal Nama Adonara
Ada beberapa versi mengenai asal nama Adonara. Versi pertama : Nama Adonara berasal
dari 2 kata yaitu Adok dan Nara. Adok dalam bahasa Lamaholot berarti
"adu" sedangkan Nara berarti "teman". Jadi, Adonara berarti
"Adu Teman", atau jika dijabarkan saling adu antar teman/kampung.
Munculnya versi ini karena pada jaman dahulu perang tanding antar kampung
sangat sering terjadi. Perang tanding tersebut dapat dipicu oleh banyak faktor
mulai dari hal-hal yang sepela hingga hal-hal besar seperti perebutan tanah
atau masalah wanita. Versi Kedua
: Nama Adonara berasal dari 2 kata yaitu Ado dan Nara. Ado berasal dari nama
orang pertama yang diyakini hidup di pulau Adonara yaitu Kelake Ado Pehan.
Sedangkan Nara berarti teman. Jadi Adonara berarti "Teman Kelake Ado
Pehan", atau jika dijabarkan Adonara berarti "keturunan Kelake Ado
Pehan". Entah yang mana yang benar dari kedua versi di atas. Tapi yang
jelas, kedua-duanya beralasan dan bisa jadi kedua asal nama tersebut sama
benarnya.
Rumpun Masyarakat
Lamaholot
Jika berbicara mengenai Lamaholot, kita berbicara mengenai
Flores Timur dan Lembata secara keseluruhan. Rumpun masyarakat Lamaholot
terdiri dari berbagai suku yang hidup di Flores Timur Daratan, Pulau Adonara,
Pulau Solor dan Pulau Lembata. Bahasa yang sebagai bahasa pengantar dalam
masyarakat Lamaholot adalah Bahasa Lamaholot.
Perbedaan bahasa hanya terletak pada dialek dan perubahan beberapa kata yang memiliki arti berbeda di beberapa suku tertentu. Bahasa inilah yang menyatukan semua suku yang ada di Flores Timur.
Perbedaan bahasa hanya terletak pada dialek dan perubahan beberapa kata yang memiliki arti berbeda di beberapa suku tertentu. Bahasa inilah yang menyatukan semua suku yang ada di Flores Timur.
Pemerintahan di Adonara
Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur
dengan ibukota kabupaten yaitu Larantuka. Kabupaten Flores Timur sendiri
terdiri dari 3 bagian yaitu Flores Daratan (ujung timur pulau Flores), Pulau
Adonara dan Pulau Solor. Pulau Adonara terdiri dari 6 kecamatan, yaitu
Kecamatan Adonara Timur, Kecamatan Adonara Barat, Kecamatan Klubagolit,
Kecamatan Witihama, Kecamatan Watan Ulumado, Kecamatan Ile Boleng.
Selain sistem pemerintahan negara, di Adonara juga terdapat
sistem pemerintahan berdasarkan suku. Di dalam sebuah suku terdapat seorang
kepala suku. Selain kepala suku, ada juga sekelompok masyarakat yang turut
berperan dalam sistem pemerintahan adat yaitu kaum bangsawan atau dalam bahasa
Lamaholot disebut Ata Kebelen. Kepala suku memegang peranan dalam hal upacara
adat, menjatuhkan sanksi adat, dan hal-hal lain yang lebih bersifat spiritual.
Sedangkan para Ata Kebelen biasanya memegang tampuk kekuasaan pemerintahan
(seperti kepala dusun, kepala desa, lurah atau camat). Di antara keduanya
terjalin hubungan yang baik dan tidak saling melangkahi kewenangan
masing-masing.
Pulau Adonara |
Subscribe to:
Posts (Atom)